Diskusi Rutin
Weekly Smativity Center of Best Sudent Yogyakarta
(Jum'at, 7 April 2017)
Bertempat di PKSI Lantai 1
UIN-SUKA Yogyakarta
EKSPEKTASI VS REALITA
(Presented by Center of Best Student)
A.
Pendahuluan
Pendekatan
realitas dikembangkan oleh William Glesser , seorang psikolog dari California.
Ciri yang khas dari pendekatan ini adalah tidak terpaku pada kejadian-kejadian
di masa lalu, tetapi lebih mendorong konseli untuk menghadapi realitas.
B.
Sejarah
William Glesser
merupakan lulusan dari the Case Institue of Technology sebagai Insinyur
Kimia pada tahun 1944 di usi 19 tahun, kemudian ia mengambil master di bidang
Psikologi Klinis pada usia 23 tahun di universitas yang sama. Pada tahun 1956
Glesser menjadi kepala bagian psikiatri di the Ventura School of Girls
yang merupakan institusi untuk menangani kenakalan remaja perempuan. Pada saat
inilah Glesser mengembangkan konsep pendekatan realitas. Buku pertamanya Mental Health or Mental Illmess pada
tahun 1961 merupakan landasar berpikir dari teknik dan konsep dasar terapi
realitas, hingga pada tahun 1968 Glesser mendirikan the Institue for Reality
Therapy di Los Angeles.
C.
Pandangan Tentang Manusia
Glesser percaya
bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan psikologis yang secara konsisten hadir
sepanjang rentang kehidupannya dan harus dipenuhi. Ketika seseorang mengalami
maslaah, hal tersebut disebabkan karena terhambatnya seseorang dalam memenuhi
kebutuhan psikolgisnya. Adapun keterhambatan tersebut pada dasarnya karena
penyangkalan terhadap realita, yaitu cenderung menghindari hal-hal yang tidak
menyenangkan.
Mengacu pada
teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow, Glesser mendasari pandangannya
tentang kebutuhan manusia untuk dicintai dan mencintai, dan kebutuhan untuk
merasa berharga bagi orang lain.
Kebutuhan-kebutuhan
dasar psikologis manusia menurut Glesser terbagi menjadi empat, yaitu :
- Cinta (Belonging/Love)
- Kekuasaan (Power)
- Kesenangan (Fun)
- Kebebasan (Freedom)
Glesser
mengemukakan bahwa ketika setiap individu tidak dapat memenuhi keempat
kebutuhan psikologis tersebut, maka individu tersebut akan kesulitan untuk
mencapai identitas suksesnya. Karena identitas sukses akan diperoleh jika mamp
terlibat dengan berbagai aktivitas yang mampu memenuhi kebutuhannya melalui
berbagai interaksi dengan orang-orang di sekitarnya yang dilakukan dengan
didasari rasa tanggung jawab.
Dapat dirumuskan bahwa pandangan Glesser tentang manusia yaitu :
- Setiap individu bertanggungjawab terhadap kehidupannya.
- Tingkah laku seseorang merupakan upaya mengontrol lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya.
- Individu ditantang untuk menghadapi realita tanpa memperdulikan kejadian-kejadian di masa lalu, serta tidak memberikan perhatian pada sikap dan motivasi bawah sadar.
- Setiap orang memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu pada masa kini.
D.
Konsep Dasar
Pada dasarnya
setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana
kebutuhan bersifat universal pada semua individu, sementara keinginan bersifat
unik pada setiap individu. Ketika seseorang dapat memenuhi apa yang diinginkan,
kebutuhan tersebut akan terpuaskan. Tetapi jika apa yang diperoleh tidak sesuai
dengan keinginan, maka orang akan frustasi. Jadi perilaku yang dimunculkan
bertujuan untuk mengatasi hambatan antara apa yang diinginkan dengan apa yang
diperoleh, atau muncul karena dipilih oleh individu.
Adapun penerimaan
terhadap realita menurut Glesser harus tercermin dalam perilaku total (total
behavior) yang mengandung 4 komponen :
a.
Berbuat
(doing)
b.
Berpikir
(thinking)
c.
Merasakan
(feeling)
d.
Menunjukkan
respon-respon fisiologis (phsyology)
Ketika
seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut
mencapai identitas sukses. Adapun identitas pencapaian suksesnya terkait pada
konsep 3R, yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang
dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total behavior, yakni melakukan
sesuatu, berpikir, merasakan, dan menunjukan respon fisiologis secara
bertanggungjawab, sesuai realita dan benar. Adapun konsep 3R tersebut yaitu :
a.
Responsibility (tanggung jawab)
Maksudnya yaitu memenuhi kebutuhan tanpa merugikan orang lain.
b.
Reality (kenyataan)
Maksudnya yaitu kenyataan yang apa adanya.
c.
Right
(Kebenaran)
Maksudnya yaitu ukuran norma-norma yang diterima oleh masyarakat.
E.
Proses Konseling
Menurut
Glesser, hal-hal yang membawa perubahan sikap dari penolakan ke penerimaan
realitas yang terjadi selama proses konseling yaitu :
- Konseli
dapat mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan apa yang dipersepsikan
tentang kondisi yang dihadapinya.
- Konseli
fokus pada perilaku sekarang tanpa terpaku pada permasalahan masa lalu.
- Konseli
mau mengevaluasi perilakunya (melalui system nilai yang ada di masyarakat).
- Konseli
mulai menetapkan perubahan yang dikehendakinya dan komitmen terhadap yang
telah direncanakan.
F.
Tahap-Tahap Konseling
Secara praktis,
Thompson mengemukakan delapan tahap dalam konseling realita, yaitu sebagai
berikut.
Tahap
1: Konselor menunjukkan keterlibatan dengan konseli (Be Friend)
Tahap
2: Fokus pada perilaku sekarang
Tahap
3: Mengekslporasi total behavior konseli
Tahap
4: Konseli menilai diri sendiri atau melakukan evaluasi
Tahap 5: Merencanakan tindakan bertanggungjawab
Tahap 6: Membuat komitmen
Tahap 7: Menerima permintaan maaf atau alas an konseli
Tahap 8: Tindak lanjut
Notulen:
Ela Nurmalasari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar