Membaca dan
Menulis Bagai Kakak dan Adik yang Tak Terpisahkan
Manusia
merupakan makhluk Allah swt. yang diciptakan dengan segala kesempurnaannya
dibandingkan dengan makhluk-Nya yang lain. Sebagai salah-satu bukti
kesempurnaan itu, Allah swt. menganugerahkan akal bagi manusia. Dengan akal,
manusia bukan hanya dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang seharusnya dilakukan, dan mana yang seharusnya ditinggalkan. Fungsi akal
akan mampu bekerja dengan baik ketika kita sering menggunakannya. Saya masih
ingat ketika masih di Sekolah Menengah Pertama, guru Mata Pelajaran Biologi
saya pernah berkata, “otak orang Indonesia itu mahal” sontak saya
bersama teman-teman sekelas bertanya-tanya, kenapa bisa mahal? Ternyata
jawabannya karena otak orang Indonesia itu jarang digunakan. Miris sekali
rasanya mendengar ucapan tersebut. Benarkah itu?
Lalu bagaimana
cara untuk memaksimalkan fungsi kerja otak tersebut? Anugerah yang telah
diberikan Allah swt. bagi setiap hamba-Nya yang berfikir. Sesuai dengan firman
Allah swt. yang pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hiro,
ketika beliau tengah berada dalam kebingungan, Allah swt. memberikan petunjuk
melalui perantara malaikat jibril, yaitu Q.S. Al-Alaq ayat 1 yang berbunyi:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ) ١ (
Artinya
: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”.[1]
Nabi
Muhammad yang pada saat itu belum bisa membaca pun kebingungan. Namun, Allahu
Akbar! Dengan kekuasaaan Allah, Nabi Muhammad pun dapat melafadzkan ayat
suci Allah swt. yang diwahyukan kepadanya. Dari peristiwa tersebut tersimpan
sebuah hikmah, bahwa tiada yang mustahil bagi Allah. Membaca sebagaimana wahyu
pertama Allah swt. tiada lain merupakan perintah bagi seluruh manusia, yaitu
bagi mereka yang mau berfikir dan memaksimalkan fungsi kerja otak yang
dimilikinya. Sepertihalnya pisau yang semakin tajam ketika sering diasah,
begitupula akal kita yang akan lebih mudah menyerap berbagai informasi dan
mampu menyimpannya dalam memori jangka panjang. Terlebih ketika kita mampu
mengkoneksikan antara dzikir, fikir, dan ukir. Semuanya akan berjalan beriringan,
dan tiada lagi alasan bahwa manusia itu tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
mempunyai bakat apa-apa, dan lain sebagainya.
Berdasarkan
hasil penelitian oleh beberapa ahli, memang benar, pada kenyataannya minat
membaca di Indonesia masih sangat minim dibandingkan dengan negara lain. Oleh
karena itu, wajar bila dewasa ini banyak yang menggembor-gemborkan tentang
gerakan literasi. Mengapa harus gerakan literasi? Hal itu karena membaca dan
menulis itu saling berkaitan, mereka mempunyai ikatan yang kuat, “bagaikan
kakak dan adik yang tak terpisahkan”. Kualitas tulisan seseorang sangat
ditentukan dengan buku apa saja yang telah dia baca. Dengan kata lain, kita
dapat mengetahui karakter seseorang melalui tulisannya, dan tentunya kembali
lagi bersumber pada buku apa yang telah dia baca.
Miris sekali
rasanya ketika mendengar bahwa Indonesia, sebagai negara yang mayoritas
masyarakatnya beragama Islam, yang mempunyai wahyu Al-Quran dimana Allah telah
memerintahkannya untuk membaca, justru merupakan negara yang masih memiliki
minat baca yang sangat rendah. Begitupulakah yang kalian rasakan?
Jika dilihat
dari kacamata Bimbingan dan Konseling Islam, salah satu teknik yang bisa
diterapkan dalam upaya menangani permasalahan di Indoseisa terkait minat baca
masyarakat yang masih rendah yaitu melalui teknik Bibliotherapy (terapi
membaca). Teknik Bibliotherapi merupakan penggunaan literature dan puisi
dalam treatment bagi orang-orang yang mengalami masalah emosional atau sakit
mental.[2]
Teknik ini bisa diterapkan kepada semua kalangan, juga semua usia, mulai dari
anak-anak sampai lansia. Melalui teknik Bibliotherapy, konselor dapat
memilih buku yang tepat untuk dijadikan sebagai bahan terapi, yang nantinya
secara tidak langsung klien yang mempunyai minat baca rendah, pun mau membaca
buku tersebut.
Sama halnya
dengan kacamata dari berbagai dimensi ilmu pengetahuan yang ada, dalam Bimbingan
dan Konseling Islam pun, membaca merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal
ini proses Bimbingan dan Konseling berperan untuk membantu meningkatkan minat
membaca melalui teknik-teknik yang ada di dalamnya, salah satunya yaitu teknik Bibliotherapy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar