THE
REAL POWER OF FRIENDSHIP, LOVE AND DREAMS
(Ela Nurmalasari)
Ini adalah kisah nyata seorang gadis yang terlahir dari keluarga sederhana,
namun mempunyai harapan besar untuk merubah dunianya menjadi lebih baik. Dengan
kesederhanaan cinta dan kasih sayang yang dimilikinya, sifat qana’ah dan yang
selalu ia perlihatkan ketika diterpa masalah, kesungguhannya dalam menggapai cita-citanya.
Seiring berjalannya waktu dan atas Kuasa Sang Pencipta, kini dia tumbuh menjadi wanita dewasa yang
senantiasa tangguh menjalani kehidupannya.
Seiring berjalannya waktu, tak terasa
saya telah melewati lucunya masa kanak-kanak saya di Sekolah Dasar, dimana saya
baru mengenal bagaimana cara membaca, menulis, dan berkreasi. Masa SD yang cengeng, masih polos, berlalu begitu
saja. Saya lulus dari SDN 1 Ciganjeng pada tahun 2009, dan melanjutkan ke SMPN
2 Padaherang. Masa-masa indah SMP, yang mengajari saya tentang arti dari sebuah
“persahabatan, cinta, dan mimpi” telah
membentuk kepribadian saya menjadi seperti sekarang ini.
Masih teringat ketika saya melewati
MOPD yang mendebarkan, ikut aktif dalam berbagai ekstrakurikuler sekolah seperti
pramuka, drumband, IRM, menjadi bagian dari OSIS yang selalu berperan serta dalam
setiap kegiatan yang ada di sekolah, pengayaan yang melelahkan namun menyenangkan,
pelaksanaan Ujian Nasional yang mengancam kelulusan siswa, hingga akhirnya saya
sampai di penghujungacara, yaitu perpisahan sekolah.
Sebuah hari yang amat sangat saya benci
dalam hidupini.. “Yang paling disayangkan
adalah, mengapa harus ada perpisahan dalam setiap pertemuan? Apakah itu sudah menjadi
hokum alam yang sudah tidak dapat diganggu gugat lagi?” wallahua’lambisshowwab.
Namun, kehidupan seperti roda yang terus berputar. Saya tidak boleh terlalu
lama larut dalam kesedihan ini, perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Sebetulnya,
apa sih yang kita takutkan dari sebuah perpisahan? Bila kini Allah memisahkan
raga kita, maka bersabarlah karena kelak takdir-Nya yang akan mempertemukan
kita dalam situasi tak terduga, dan dalam suasana yang jauh lebih indah lagi,
yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Saya jadi teringat akan kata-katanya, “Allah bolehmemisahkan raga kita, namun tidak
untuk hati kita berdua. Ingatlah, kita adalah sahabat dan kita menjalin persahabatan,
karena persahabatan adalah satu janji di dalam hati yang tak bias ditulis dan tak
bias dibaca. Tapi tak akan terpisah karena jarak, takakan berubah karena masa,
dan tak akan sirna karena amarah. Sedetik di mata, selamanya di hati.” Entah
mengapa, tutur kata dan tatapan matanya selalu bias membuat hati ini tenang. Subhanallah,
sungguh indah nikmat fitrah perasaan yang Engkau berikan pada hamba. Semoga saya
tidak terlena dengan kenyataan yang ada, saya yakin ini adalah anugerah dari-Nya
yang harus saya jaga.
Pesan dariku untuk kamu yang selalu ada,
“jaga hati kamu baik-baik yah!”J
Masa-masa liburan, saya manfaatkan untuk
beristirahat, merefresh fikiran yang telah terkuras ketika menghadapi Ujian Nasional
sebulan lalu. Namun, saya tidak boleh berleha-leha. Tidak selamanya saya akan hidup
dalam waktu luang seperti sekarang ini, waktu ibarat pedang yang akan membunuh pemiliknya
jika tidak digunakan dengan sebaik mungkin.
Banyak yang brtanya, “la, mau ngelanjutin sekolah kemana?”
di dalam kebingungan saya hanya bias menjawab, “kita lihat saja nanti yah!” jujur, saya sedang ada dalam dilema
kehidupan yang luar biasa hebatnya.
Awalnya, saya berencana melanjutkan sekolah
ke SMAN 1 Banjarsari di mana kakak saya adalah alumni dari sekolah tersebut. Namun,
rencana manusia dapat dengan cepat berubah tergantung situasi dan kondisi yang
ada. Setelah mendengar cerita, survey, dan mempertimbangkan dengan kepala dingin,
dan sesuai kenyataan yang saya lihat mengenai sekolah yang kurang mendalami ilmu
agama (khususnya akhlak), akhirnya saya memutuskan dengan tegas untuk melanjutkan
sekolah yang berbasis pesantren.
Berulang kali mamah meyakinkan hati saya
dengan terus bertanya, “Nde, yang bener mau
ngelanjutin sekolah kemana? Coba pertimbangkan lagi dengan kepala dingin.” Dengan
ketegasan saya menjawab, “iyah mah, Nde udah
bener-bener yakin dengan keputusan yang Nde ambil, Nde mau sekolah sambil mesantren,
soalnya Nde takut dengan lingkungan di luar sekarang ini. Nde takut terbawa arus
yang tidak baik, tolong ngerti mah. Saat ini Nde Cuma butuh ridha dari mamah dan
dukungan dari bapa.” Terkesan masih penasaran, mamah bertanya lagi, “Nde yakin?” saya kembali menegaskan, “insyaallah, Nde yakin mah!”.
Jika ada apa-apa, saya memang selalu mendahulukan
untuk meminta solusi kepada mamah, jujur hubungan saya dengan bapa yang tidak terlalu
baik. Akhirnya, mamah menjawab, “jika itu
sudah menjadi keputusan Nde, mamah harus berkata apalagi? Apapun keputusan anak
mamah, akan selalu mamah dukung. Insyaallah bapa pun siap membiayai sekolahmu. Do’akan
saja yah.” Betapa bahagianya hati saya saat itu, “Alhamdulillah, terima kasih mah. Nde janji ga akan ngecewain mamah.
Nde akan berusaha semaksimal mungkin, supaya bisa memberikan yang terbaik untuk
mamah dan keluarga. Nde juga mohon do’a restu mamah yah!” sambil memeluk
saya, mamah berkata, “iya, tanpa diminta
pun, mamah selalu siap untuk mendo’akan anak-anak mamah yang sangat mamah sayangi.”
Saya ga bisa jawab apa-apa, yang ada hanya tangisan kebahagiaan.
Alhamdulillah!
Ridha orang tua adalah prioritas utama
bagi saya. Setelah itu, insyaallah ini yang terbaik. Karena ridha Allah ada pada
ridha orang tua. “semoga ini yang terbaik
untuk saya, aamiin.”
Berkat tekad yang kuat, yang
dibarengi restu dari orang tua dan ridha Allah swt. Akhirnya kini saya dapat “thalabul ‘ilmi” di ma’had tercinta.. Yayasan
Ar-Risalah, Pondok Pesantren Cijantung IV Ciamis, SMA Terpadu Ar-Risalah.
Alhamdulillah, semoga saya dapat istiqomah untuk menjalaninya.
Kesan pertama masuk Ar-Risalah, ada pada
masa-masa orientasi. Saya mempunyai harapan besar ketika pertama kali menginjakkan
kaki di mesjid putri, dan mendengar lantunan shalawat dari salah-seorang santri.
Suaranya, membuat hati ini luluh.. hingga akhirnya timbul gertakan dalam hati “Yaa Allah, aku juga ingin dapat seperti anak
itu, berada di shaf paling depan, dapat memegang mix untuk melantunkan ayat suci
alqur’an, iqamah, dan bershalawat kepada Kekasih-Mu. Mungkin ga, ya?”. Di
sisi lain, ketika saya berada di sekolah menjalani MOSB hingga Mata Cakap,
kembali terbesit Tanya dalam hati, “Hmm,
kakak-kakak OSIS dan Bantara keren banget.. suatu saat nanti, aku ingin bisa jadi
pengurus OSIS, pengurus santri, yang ikut andil mewarnai moment-moment indah di
Ar-Risalah, juga jadi kakak Bantara yang tegas, disiplin, bersahaja, dan tangguh
dalam menjalani tugas yang diembannya.
Laahaulawalaawuqqataillaabillaahil-aliyyil ‘adzim, semoga Allah memberikan yang
terbaik.”
Menjalani setiap detik waktuku, membuatku mengerti arti hadir-Mu dalam setiap
langkah-langkahku kembali.. Di ma’had ini, saya benar-benar menjadi seorang musafir yang sedang mencari
makna kehidupan, dengan perbekalan seadanya, namun tetap istiqamah dan qana’ah menjalaninya.
AKU INGIN ORANG YANG AKU SAYANGI BAHAGIA ATAS KEBERADAANKU
apapun yang terjadi, SEKALIPUN AKU HARUS MENGORBANKAN KEBAHAGIAANKU SENDIRI,
INSYAALLAH AKU IKHLAS!
Maha Besar Allah, semua hal yang saya
dapatkan kini hanyalah titipan. Amanah yang saya emban ini harus saya jaga,
hingga kelak saya benar-benar dapat memetik buah dari pejuangan saya selama berada
di sini, dengan mendapatkan gelar “husnulkhatimah”..
Aamiin Yaa Rabbal-‘aalamiin..
Kisahini, bukan sebatas curhatan tentang pengalaman, namun merupakan sepenggal
kisah penuh makna yang keluar dari hati kecil seorang gadis yang sedang berkelana
memaknai kehidupan yang dijalaninya dengan penuh berkah dan hidayah dari Allah
Aza Wazalla.. Subhanallah, walhamdulillah, walaailaahaillallah, Allahuakbar..
INILAH KEKUATAN
PERSAHABATAN, CINTA DAN MIMPI YANG SAYA TEMUKAN SEJAUH SAYA MENAPAKKAN KAKI DI
BUMI INI.. PENGGALAN KISAH INI SAYA CURAHKAN, SPESIAL TERUNTUK ORANG-ORANG YANG
SELAMA INI TELAH MEWARNAI KEHIDUPAN SAYA, MEMBERIKAN SAYA CINTA DAN KASIH
SAYANG YANG TULUS, DAN DENGAN IKHLAS MENERIMA SAYA APA ADANYA.
Wallahua’lambisshawwab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar